Bagaimana cara Hati Kita Berbicara



Pernahkah Anda mendengar kalimat "Dengarkanlah hati Anda", "Biarkan hati yang berbicara", "Biarkan hati yang memilih, menentukan, dan memberi solusi"? Kalimat seperti itu seakan-akan menyatakan bahwa hati kita bisa berbicara, berkonsultasi, bahkan mungkin ia berbisik dengan begitu lirihnya di telinga kita. Seperti itulah perspektif saya tentang mendengar suara hati sewaktu masih duduk di bangku SMP. Ingat ya, yang saya bahas sekarang adalah tentang "Suara Hati" bukan Serpihan Hati miliknya Utopia 😆 : 

"Serpihan hati ini kupeluk erat ... akan ku bawa sampai ku mati ... memendam rasa ini sendirian ... ku tak tau mengapa aku ... tak bisa melupakan mu ...

kupercaya suatu hari nanti ... aku akan merebut hatimu ..."

Loh kok saya jadi nyanyi 😄😊☺

Oke, kisah ini terjadi sekitar 5 tahun yang lalu ketika saya masih duduk di bangku SMK. Masih teringat jelas peristiwa sangat berharga itu yang disampaikan oleh guru produktif saya. Seperti biasanya, sebelum materi pelajaran dimulai guru produktif saya memberi pembukaan entah berupa motivasi pencerahan maupun sekedar mengucapkan salam, selamat pagi, bagaimana kabar kalian hari ini? pokoknya ngga kalah seru deh dengan suasana kelasnya Upin dan Ipin 😄. Saya ngga ingat jelas untuk memulai pencerahan berharga itu, tapi yang masih saya ingat,

"Apakah kalian sudah merasa dewasa?" tanya guru saya kepada kami.

"Sudah donk Pak.." jawaban spontan dari salah satu teman kami, ada yang menjawab dengan nada yang ragu ada pula yang hanya tengok kiri kanan menatap satu sama lain.

"Syukur kalo begitu, menurut pendapat kalian dewasa itu apa?" Tanya guru saya merespon tanggapan dari kami. Begitu beragam pendapat dari kami merespon pertanyaannya,

"Dewasa itu sudah mandiri, Dewasa itu tentang nalar, Dewasa itu sudah tau dengan penampilan, sikap, maupun sopan santun, ..."  Jawaban kami. Menurut guru saya itu benar ☺, kemudian guru saya menambahkan,

"Dewasa itu mampu mendengarkan suara hati". Ting!!! Seakan-akan perkataan guru saya mengejutkan hati kami, suasana kelas pun hening beberapa saat. 

Kita memang tidak bisa mendengarkan suara hati secara langsung tapi kita bisa merasakannya. Ya, merasakannya!

Pernah tidak Anda berada dalam situasi yang begitu sulit dan tertekan? Pada saat Anda menjalani UN misalnya, melihat soal-soal UN yang begitu sulit hingga mungkin sampai ada pikiran untuk menyontek atau terang-terangan meminta jawaban pada teman.

Inilah situasi dimana hati kita yang bersih sedang berkata untuk mencegah kita melakukan tindakan yang curang tersebut. Kita memang tidak bisa mendengar suara teguran hati di telinga secara langsung tapi Anda dapat merasakan dorongan hati secara langsung untuk menjauhi tindakan yang curang itu (bagi orang-orang yang hatinya bersih dan menjaganya dengan iman).

Ya, dengan Iman. Coba Anda ingat do'a terakhir yang kita ucapkan sebelum salam ketika sholat, "Wahai zat yang menggerakkan hati! Tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu". Wah! ternyata setiap hari kita membaca doa itu untuk meminta kepada Allah agar hati kita tetap bersih dan penuh dengan iman ☺.
Ayo, selama ini Anda sudah benar-benar menjaganya belum? Awas loh, hati itu harus dijaga.

"Dibandingkan pikiran, suara hati selalu mampu untuk menuntun kita ke jalan yang benar agar terhindar dari jurang kehancuran"

Pikiran kita hanya sebatas dan sejauh mana kita mendapatkan informasi yang terekam dalam otak kita dan ingat bahwa semua informasi, perspektif, dan pendapat ngga semuanya sejalan dengan Islam, iblis pun mampu mempengaruhi pikiran kita. Oke, Saya akan singgung sesuatu yang sangat sensitif di masa sekarang ini, apa itu? ...??? Pacaran.

Ya, pacaran. Kalo saya singgung tentang Pencurian, Pembunuhan, dan tindakan kriminal lain sudah pasti pikiran kita akan memberi pendapat itu salah. Karena kita sudah dapat rekaman informasi yang jelas tentang hal-hal itu dari Undang-undang hukum di negara kita. Ada ngga Undang-undang tentang pacaran? Saya yakin kalo kalian sudah tau kalo pacaran dilarang oleh agama kita atau Anda cuek saja dengan aturan itu. Kebetulan juga, Pacaran adalah sesuatu yang cocok untuk mengetes seberapa jauh kita berkomitmen untuk menjaga hati kita.

Tidak ada Undag-undang tentang Pacaran, maka pikiran kita berpendapat bahwa pacaran itu bukan tindakan yang salah dan mungkin Anda berpendapat pacaran itu harus.

"Pernah tidak Anda merasa takut, malu, resah, dan tidak nyaman saat sedang pacaran? Tidak, kan sudah jadi budaya" Mungkin sedikit yang menjawab "Iya"

Saya ucapkan selamat bagi yang menjawab Perasaan seakan dihantui bahaya, takut, malu, resah, dan tidak nyaman bahkan mata sampai ikut menangis itu adalah "Suara Hati Anda". Ya, itu suara hati Anda! atau lebih tepatnya "Hati Anda sedang berbicara dan meminta untuk menjauhi hal itu"

Macam-macam suara hati yang bersih untuk mengingatkan menjauhi sesuatu perkara yang buruk (Saat pikiran tak mampu lagi menentukan mana yang salah dan mana yang benar):
  • Merasa akan dihantui sesuatu yang membahayakan saat melakukan perkara tersebut
  • Merasa akan malu ketika orang lain mengetahui perkara tersebut
  • Merasa resah saat melakukan perkara tersebut
  • Merasa tidak nyaman saat melakukan perkara tersebut
  • Menetesnya air mata karena merasa bersalah saat melakukan perkara tersebut
  • Anda ingin saat melakukan perkara tersebut tidak ada orang lain yang mengetahuinya: Orang tua, tokoh agama, polisi, dll.

Awas! Jangan cuekin hati Anda saat sedang berbicara, karena Anda bisa kehilangan kepekaan terhadap hati Anda yang bersih. Seperti halnya pacaran, jika Anda sudah tidak mampu mendengarkan hati Anda yang bersih, akan banyak resiko yang menghantui Anda dan tentunya akan banyak dosa yang Anda tanggung.



sumber gambar:
Pixabay
Tag: Kata-kata Motivasi,

Komentar