Seruling Bambu - Harimau yang Angkuh



Pada dahulu kala ada seekor Kura-kura yang pandai bermain musik, kemanapun ia pergi tak pernah lupa untuk membawa seruling kesayangannya. Setiap Kura-kura memainkan serulingnya, akan membuat perasaan yang nyaman dengan kemerduan nada-nada indah bagi siapapun yang mendengarnya, bahkan daun-daun pun ikut melambai seakan menari mengikuti iramanya.

Suatu ketika, di tengah hari yang begitu pelik akan teriknya pancaran sang surya. Kura-kura berniat berendam di dalam sejuknya air danau yang begitu jernih. Ia pun meletakkan serulingnya di bawah pohon beringin yang rindang dan teduh, lalu bergegas menuju tepi danau yang sejuk akan teduhnya bayangan-banyangan pohon rindang yang menaunginya.

“Hermm, nikmatnya air di danau ini.. airnya sejuk dan jernih ditambah naungan pohon-pohon yang rindang.” Gumam Kura-kura dalam hati.

Di saat Kura-kura sedang asyik berenang mengitari danau, datanglah seekor Harimau menghampiri pohon beringin itu. Sepertinya Harimau pun sedang mencari tempat berteduh untuk berlindung dari teriknya sinar matahari.

“Prakk!!!” Harimau tak sengaja menginjak seruling kesayangan milik Kura-kura.
“Hm, apa ini? Sepertinya hanya sebatang tangkai yang sudah lama terjatuh,” Harimau pun menyingkirkan pecahan seruling dan membersihkan tempat teduh itu untuk merebahkan dirinya. “Sejuknya udara di bawah pohon rindang ini, aku bisa beristirahat dengan nyaman.” Gumam Harimau.

Setelah sang surya mulai menggelincir ke sebelah barat, Kura-kura mulai beranjak dari tengah danau itu dan bergegas menuju pohon beringin di mana tempat seruling kesayangannya direbahkan. Sesampainya di situ, Kura-kura kaget melihat seruling telah pecah menjadi puing-puing yang berserakan. “Hah! Kenapa bisa sampai seperti ini serulingku? Siapa yang telah merusak serulingku!” Ia pun sangat terkejut dan marah. Terlihat seekor Harimau yang sedang nyeyak terdidur di mana tempat serulingnya ia simpan.

“Hehh! Harimau!” Kura-kura melemparkan pecahan serulingnya ke kepala Harimau.

“Hrmm.. Siapa yang berani mengganggu istirahatku!” Harimau pun terbangun dan kesal.

“Pasti kamu yang sudah merusak serulingku!”

“Ohh, kayu usang itu. Ya! Memang kenapa? Lagian aku tidak sengaja, bodohnya kamu menyimpan seruling di tempat istirahatku,” Lanjut Harimau.

“Kurang ajar! Kau harus mengganti seruling ini atas kesalahan yang telah kau perbuat!” gertak Kura-kura.

“Hahah! Lagian apa bagusnya seruling itu.. hahaha hanya sebatang kayu usang,” ejek Harimau pada Kura-kura.

“Kau benar-benar tidak bisa menghargai karya orang lain! Seruling ini mempunyai nilai seni yang sangat tinggi!”

“Hmm, bodo amat! Aku tidak sudi mengganti seruling milikmu!” ucap Harimau dengan sombong sambil beranjak pergi meninggalkan Kura-kura.

“Aku tidak akan melupakan kesalahanmu dan kau akan menanggung semua itu!”

Hari-hari pun berlalu, Kura-kura masih sedih dengan hilangnya seruling kesayangannya. Di ujung selatan terlihat sekumpulan awan hitam menghiasi angkasa dan terdengar bunyi guntur yang bersahutan. “Hmm sepertinya musim penghujan akan segera datang, aku harus segera mempersiapkan sesuatu untuk menyambut musim ini,” ucap Kura-kura dalam hati. Kura-kura mulai mencari potongan-potongan kayu kering untuk dikumpulkan ke dalam gua sebelum terlambat dibasahi air hujan yang sewaktu-waktu datang. Sedikit demi sedikit tumpukan kayu itu sudah mulai menggunung, “Hmm, sepertinya sudah cukup banyak kayu yang aku kumpulkan untuk persediaan selama musim penghujan. Sekarang saatnya membuat pintu di mulut gua untuk mencegah angin yang dingin masuk ke ruangan ini.” Kura-kura pun mencari daun-daun ilalang untuk dikeringkan dan dianyam membentuk mulut gua dengan dilumuri tanah liat supaya lebih kokoh. “Hmm, akhirnya semua persiapan untuk menyambut musim penghujan sudah selesai, aku sudah lega rasanya.” Gumam Kura-kura.

Di siang hari yang cerah tiba-tiba ada angin kencang dari arah selatan dan menggiring sekumpulan awan hitam yang pekat, seketika langit pun mulai mendung disertai suara gemuruh guntur yang menggelegar merambat di atap-atap langit, kilauan kilat datang silih berganti memekik telinga dengan suaranya yang menakutkan.

“Sepertinya akan datang badai aku harus segera masuk menuju gua dan harus segera membuat api unggun,” Kura-kura bergegas mencari buah randu yang kering dan langsung masuk ke dalam gua.

“Heh Kura-kura! Buat apa buah randu itu? Mau kau makan? Hahaha..” ejek Harimau.

“Tahu apa kamu? Aku hanya memanfaatkan kapasnya untuk bahan membuat api,” jelas Kura-kura. 

“Hmm, ada-ada aja tingkahmu!” lanjut Harimau. 

“Hmm!” Kura-kura pun tak menghiraukan ucapan Harimau dan langsung masuk ke gua. Di dalam gua, Kura-kura segera membuat percikan api dengan menggesek-gesekkan kayu yang kering dan ditaruhlah secuil kapas untuk membentuk api.

Langit pun mulai menurunkan tetesan-tetesan air dan membentuk gerimis, Harimau pun mulai mencari tempat berteduh dan menuju pohon rindang di depan gua itu. Dari sela-sela mulut gua, Harimau melihat kancil yang sedang berusaha membuat api, “Ada-ada saja tingkahnya, apa dengan menggesek-gesekkan kayu akan menghentikan hujan.. hihi!” gumam Harimau.

>> Seruling Bambu - Kebijakan Kura-kura



sumber gambar:
Pixabay

Komentar