Seruling Bambu - Kebijakan Kura-kura




Setelah agak lama Kura-kura menggesek-gesekkan kayu, muncullah kepulan asap di sela-sela kayu dan kapas. Kura-kura pun menambahkan segenggam kapas dan mulai meniupnya secara pelan-pelan hingga muncullah api pada kapas kering itu, sedikit demi sedikit ranting-ranting kering diletakkan dan terbentuklah api unggun.

Sementara, hujan diluar mulai lebat dengan angin dingin yang berhembus kencang disertai suara gemuruh guntur yang menggelegar merambat ke angkasa yang sudah menghitam dan menakutkan. Harimau pun mulai panik dan ketakutan menyaksikan keadaan itu, sesekali kilat datang seakan membelah bumi disertai suara dahsyatnya yang memekikkan telinga.

"Tok! Tok! Tok! Kura-kura tolong ijinkan aku masuk, di luar sini sangat dingin," Harimau memelas dan memohon pada Kura-kura.

"Apa? Bukankah tadi kamu telah mengejekku?" 

"Maafkan aku, tolong bukakan pintunya," lanjut Harimau.

"Aku tidak akan membukakan pintu untukmu, dasar Harimau sombong!" tegas Kura-kura.

"Tolong! Tolong aku, di sini sangat dingin aku tidak tahan lagi," Harimau semakin menggigil merasakan hempasan angin yang sangat dingin seakan-akan merasuk sampai ke tulang. Suara angin pun semakin gaduh merasuk ke dalam pepohonan yang berpadu dengan gemuruh guntur yang menggelegar.

"Aku akan membukakan pintu untukmu! Asal kau mau berjanji untuk menebus kesalahanmu padaku!" ujar Kura-kura kepada Harimau.

"Baiklah! Aku akan menebus kesalahanku padamu,"

"Baiklah!" Kura-kura pun membukakan pintu untuk Harimau dan mempersilahkannya masuk kedalam gua. Harimau sangat kedinginan dan tubuhnya menggigil karena hujan lebat yang membasahi dirinya.

Setelah masuk, merekapun langsung bergegas menuju api unggun yang mulai meredup. Kura-kura pun mengambil potongan-potongan kayu agar nyala api unggun tetap terjaga. Harimau hanya terdiam lemas dan mencoba menghangatkan dirinya. Di sela-sela waktu itu, Harimau pun menanyakan tentang bagaimana ia harus menebus kesalahannya terhadap Kura-kura atas rusaknya seruling kesayangan milik Kura-kura.

"Terima kasih atas pertolonganmu Kura-kura, aku tidak tau apa yang akan terjadi jika masih berada di luar sana," ucap Harimau menyampaikan rasa terima kasihnya.

"Ya, selama saya bisa menolong kenapa tidak saya lakukan?"

"Oh iya, bagaimana caraku menebus kesalahanku atas seruling itu?" Harimau menanyakan tentang kesepakatannya.

"Tentang seruling itu, seruling saya buat dari bambu runcing yang berwana kuning. Dahulu di tepi danau ada bambu runcing kuning, tapi sekarang sudah tidak ada lagi,"

"Lalu di mana saya dapat menemukan bambu runcing itu?"

"Ada sebuah punggungan yang letaknya sebelah barat dari danau, kita bisa melihat puncak bukit itu dari sini. Di sana banyak tanaman bambu runcing bermacam-macam warna, ada yang hijau, ungu, dan kuning yang di jaga oleh seekor Ular Sanca. Ambillah sepotong bambu runcing yang berwana kuning yang sudah dewasa yang sekiranya cukup untuk membuat sebuah seruling," jelas Kura-kura pada Harimau.

"Baiklah, besok aku akan membawakan bambu runcing yang berwarna kuning itu untukmu."

"Baiklah, sekarang kita istirahat saja dahulu." Kura-kura dan Harimau pun tidur dalam lingkaran yang hangat dari Api unggun.

Hari pun telah berganti dan mentari mulai menampakkan sinarnya dalam pagi yang cerah. Kura-kura dan Harimau pun terbangun dari tidur nyenyaknya, terlihat api unggun pun sudah padam menyisakan arangnya.

"Pagi yang cerah, bagaimana keadaanmu?" Kura-kura membuka obrolan dengan Harimau.

"Hrmm, rasanya tubuhku udah kembali segar. Oh iya, aku akan akan segera pergi menuju perbukitan itu untuk mengambil bambu runcing kuning untukmu," 

"Baiklah! Hati-hati di perjalanan."

"Ya! Tunggu saja, akan aku bawakan yang terbaik untukmu." Harimau pun bergegas pergi menuju perbukitan itu.




sumber gambar:
Pixabay

Komentar